Adu Khodam: Lintah Terbang

Aya Canina
3 min read5 days ago

theme 10: show your khodam (with Agnicia Rana & Ayyara Fay Japakyati)

Bayangkan. Kami bertiga — aku, Rana Agnicia Rana, dan Faye Ayyara Fay Japakyati — terus hidup selama tulisan terakhir dalam proyek writing challenge ini terbit — tema 9: love language (baca tulisanku dalam tema tersebut: 4 Sisi Gelap Love Language) — pada 30 November 2023 silam. Hampir setahun, sampai kemarin Faye bilang, “ayuk lanjuting, dong! Aku belum nulis lagi sejak lama, loh.”

Kuperhatikan Faye tetap menulis di mediumnya, juga di story instagramnya, terutama soal pemikirannya atas satu hal spesifik yang baru terjadi, misal: soal hal yang berhubungan dengan mantannya atau pro kontra konser Bruno Mars kemarin. Dia tetap menulis, seperti juga Rana. Medium mereka tetap tayang dengan tulisan baru meski tidak sering. Mungkin, seperti banyak kebiasaan lainnya yang terhenti, Faye butuh alasan kuat untuk bisa kembali giat. Rana juga, aku tahu betul itu. Syukurnya, daftar topik kami masih panjang. Ya, kami baru menyelesaikan 9 dari 30 topik writing challenge di antara kami bertiga.

Pemanasan. Tentang khodam. Sebuah tren zaman yang sempat riuh. Bahan jokes tongkrongan. Kami jelas mengira ini topik ringan yang tidak melibatkan melankoli, sekadar untuk melemaskan jari, memulai lagi proyek menulis ini sebelum sampai jadi debu. Maka kami dengan riang melakukan cek khodam kami masing-masing di vercel.app.

Khodamku— dengan mengetik nama ‘aya canina’ adalah:

lintah terbang.

Ketik “lintah” di google, kamu akan temukan setidaknya dua kata yang menyertainya: darah dan terapi. Lintah mengisap darah dan betapa banyaknya terapi alternatif memakai media lintah yang katanya banyak memberi manfaat. Aku benar-benar mencarinya, seperti aku melakukannya sebagai riset tulisan-tulisanku. Tentu saja, karena ini lintah dan bukannya perempuan, kekerasan, feminisme, puisi, festival sastra, Leo Tolstoy, vintage era, Novo Amor… aku jadi tidak tertarik.

Vercel memberi hasil khodam acak untuk setiap nama yang kita ketik. Lintah terbang bukan hanya punya aya canina, mungkin juga kamu atau salah satu mantanku. Lintah tidak mengingatkanku akan suatu peristiwa, tapi khodam tidak memerlukan memori apa pun dari tubuh seseorang. Khodam adalah penjaga. Tidak keren betul jika benar aku punya khodam dan ia adalah lintah. Aku tidak bisa membayangkan menjadi seorang tokoh novel “Perempuan Lintah”, yang ditulis seorang novelis untuk mendampingi (atau menandingi) novel “Lelaki Harimau”-nya Eka Kurniawan.

Aku tidak punya bukti lintah yang jadi media terapi itu benar-benar bisa melancarkan peredaran darah hingga menyembuhkan stroke. Pengobatan alternatif seperti garis abu-abu di dunia yang hitam-putih ini. Lagipula tidak ada terapi lintah yang bisa pakai BPJS. Jika benar khodamku lintah, aku ingin tahu, apa benar ia menyembuhkan atau yang sebenar-benarnya bisa ia lakukan hanya membunuh dengan menghisap darah dan bunuh diri dengan menghisap darah sebanyak-banyaknya sampai badannya meledak.

Yang menambah keseraman dari lintah terbang adalah kata kerja terbang itu sendiri. Tidak ada yang bisa membayangkan lintah punya sayap. Itu jauh menyeramkan dari lintah yang liat meliuk-liuk basah.

Tapi khodam apa pun memang bukan sesuatu yang bisa dibayangkan manusia biasa. Lintah terbang mungkin benar ada. Dan sebagai khodamku, ia hinggap dengan mudah dari satu musuh ke musuh lainnya sebagai predator, menghisap darah mereka sampai mampus (gila, aku ingin sekali melihat itu). Aku bisa membuat daftarnya sekarang juga. Daftar paling pertama pasti dia, mantan nomor empat. Yang paling banal dan fana, yang tidak meminta maaf, yang sok ganteng dan paling kiri, yang sekarang telah jadi bapak-bapak buncit (sekali dua aku mengintip akun instagramnya), yang mungkin masih membaca tulisan-tulisanku.

Aku jadi merasa punya khodam lintah terbang itu keren dan tak tertandingi. Jika ada yang punya khodam sama sepertiku, mungkin kita saudara sekhodam. Yakinkan dirimu, lintah terbang akan menjagamu dari musuh paling bebuyutan dalam hidupmu. Sebab sebelum kamu dilukai, si musuh sudah kehabisan darah, lemas, klepek-klepek seperti kerupuk seblak, lalu modyar.

Tidak usah khawatir, lintah terbang mampu melakukan perjalanan jauh, bermigrasi dari satu musim ke musim lainnya. Jika kamu di Bekasi dan musuhmu di New York, lintah terbang akan mampu mencapainya.

Hiduplah. Musuhmu akan binasa.

--

--

Aya Canina

buku: Ia Meminjam Wajah Puisi (Basabasi, 2020). instagram: @ayacanina.