Berhenti Bergantung

Aya Canina
3 min readMay 13, 2024
Photo by Jose Fontano on Unsplash

Rangkuman jatuh-bangun: 2020 rungkad, 2021 denial, 2022 stressed out, didiagnosa severe depression, rutin pemulihan bersama psikolog Yayasan Pulih dan pacar LDR Jawa-Sumatera (sekarang mantan) sambil menjalankan Podcast Hati Suri, 2023 menyirami kebun bunga imajinatif bersama Mas, 2024 (setidaknya sampai setengah tahun ini) seperti dihujani pelangi campur Tomoro Oatside Latte; warna-warni, manis, dan lengket.

Orang dewasa mestinya tahu bedanya lengket yang butuh segera disucikan dan lengket asyik. Hanya saja mereka kerap tertukar. Insecure & avoidant attachment termasuk kategori lengket yang butuh segera disucikan, tapi kebanyakan mereka mempertahankan keadaan itu karena tidak tahu atau tidak mau dibantu. Memang, beberapa orang dewasa bisa menjadi begitu nyaman dengan pacar posesif atau ibu penuntut. Posesif diartikan sebagai cinta, sementara tuntutan diartikan sebagai harapan.

Tentu saja si pacar atau ibu gila itu butuh penanganan. Tapi psikolog saya kerap mengatakan: “yang bisa kita kontrol adalah apa-apa yang ada dalam diri kita sendiri”. Itu adalah mantra yang akan selalu saya terapkan bilamana sewaktu-waktu kesadaran saya miring sebelah.

Sekarang saya sudah bisa bilang — dengan serius atau bercanda, bahwa yang paling bertanggung jawab atas kebahagiaan hidup saya adalah diri saya sendiri. Bukan hanya tidak memperkenankan orang lain mendikte kebahagiaan saya, tapi juga tidak memperkenankan diri sendiri bergantung pada pemberian kebahagiaan orang lain.

Tiga tahun lalu mustahil saya mengatakan itu. Saat itu kesadaran saya baru sampai pada “ya, saya seorang korban kekerasan dalam pacaran.” 2021 menjadi “saya tidak boleh membiarkan laki-laki melukai fisik, psikologis, dan kognitif saya.” 2022 melibatkan kesadaran-trauma, “saya benar-benar tidak memperbolehkan orang lain mencurangi saya sebab saya punya trauma.” Tahun 2023, lonjakannya terasa seperti ini, “saya bertanggung jawab atas trauma, pemulihan, dan efek yang terjadi dari trauma tersebut beserta akibat yang bisa ditimbulkan kepada orang lain.”. Tahun ini, kesadaran tersebut bertahan meski kadang-kadang masih goyah.

Saya akan menyimpulkannya begini:

saya bergerak dari dependensi menuju independensi

Sangat mungkin melihat dari luar jendela, mengatakan faktor terbesar keluar dari pesakitan adalah memiliki pasangan yang sehat. Tentu saja. Tapi pasangan yang sehat terjadi karena yang bersangkutan memang mengupayakannya. Bukan saya yang mendidik si Mas untuk tidak menjadi manusia manipulatif toksik abusive. Usianya 28 saat kami bertemu. Paham, kan? Saya tidak bertanggung jawab atas tumbuh kembangnya. Alih-alih, yang bisa saya fokuskan adalah cara-cara menjadi manusia sehat sebelum atau setelah keberadaannya, dengan atau tanpanya.

Sekarang, bagaimana caranya saya berhenti bergantung?

Sampai hari ini saya tidak menemukan cara-cara yang bisa dirunut. Hal-hal terjadi seperti saya melompat dari satu batu ke batu lain dan mungkin saja jatuh — game over. Ulang dari awal.

Mungkin ini residu trauma lainnya: tidak percaya diri pada kapabilitas dan keberhasilan diri untuk pulih. Padahal, mengizinkan diri untuk naik satu persatu anak tangga adalah pencapaian yang patut diapresiasi. Dan proses pemulihan selalu bersifat fluktuatif.

Jadi, yang pertama saya lakukan untuk berhenti bergantung adalah menyadari diri telah begitu lama bergantung pada manusia dan situasi. Sudah itu, membuka diri untuk ditolong. Saya memilih psikolog — dengan tidak mengesampingkan penolong-penolong lain di sekitar saya. Setelah tugas psikolog saya rampung, saya bertanggung jawab untuk mempertahankan keadaan pulih yang berhasil saya capai itu. Sering dengar istilah ‘mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkannya’? Begitulah kondisi pasien setelah dilepas terapisnya.

Dalam banyak kesempatan, saya mengatakan ini kepada pasangan saya: “aku bertemu denganmu lagi — setelah enam tahun kita putus kontak, dengan situasi kondisi yang lebih baik; kamu bertumbuh, aku bertumbuh — itu karena dua hal: 1) doa; dan 2) kesiapanku untuk berhenti bergantung pada laki-laki.”

Jadi kamu tidak bergantung denganku?

“Ini mungkin terdengar jahat. Tapi aku mencintaimu tidak seperti caraku mencintai lelaki-lelaki sebelummu. Sulit dipercaya, aku tidak tergila-gila padamu, tidak memuja kepribadianmu, tidak mati-matian meromantisasimu. Itulah sebabnya aku ingin menikah denganmu.”

[end]
arsip berdua aku & Mas:
@katatuannona

--

--

Aya Canina

buku: Ia Meminjam Wajah Puisi (Basabasi, 2020). instagram: @ayacanina.