Katakan, Mengapa Kita Harus Melanjutkan Ini?

Aya Canina
3 min readMay 7, 2022
source: Pinterest

Sesungguhnya, cerita cinta satu saja manusia di muka bumi ini tidak akan bisa terwakili bahkan oleh seratus lagu cinta yang pernah ia dengar. Aku percaya itu. Tapi kita tentu butuh penyederhanaan dari segala persoalan. Maka itu, kita mendengarkan lagu-lagu cinta. Hari ini aku mengira telah mencintaimu semendayu lagu melayu. Tulus, tidak malu-malu, dan ya, harus kuakui: tantrum sewaktu-waktu. Sepanjang sore tadi dalam perjalanan pulang yang menyaru dengan arus balik, saluran radio memutar lagu-lagu yang refrain-nya mengingatkanku pada pesan whatsappku untukmu pukul 15.19 yang cuma ceklis biru: [you deleted this message].

Gerimis.

Tentu, selama ini aku ingin mengunjungi museum di tubuhmu, selalu iri pada oksigen yang tinggal di paru-parumu, pada bibir cangkir yang saban hari mengecap lidahmu, pada aroma kopi yang membaui hidungmu, pada handuk yang mengusap tengkuk dan pipimu. Semua orang tahu itu. Tapi apa kamu juga begitu? Pernahkah kamu ingin mengunjungi macam-macam wahana dan pesta pora di tubuhku? Pernah, ya, dan kamu hampir tidak tahan. Mungkin terlalu banyak darah, terlalu tebal debu traumanya. Aku tidak memaksamu, ini sepenuhnya tanggung jawabku. Jika selanjutnya tentang paru-paru, kamu tahu aku pernah lupa bernapas sehingga harus dibantu dengan hitungan. Ada batu kali menyumbat saluran napasku tiap kali kecemasan itu datang. Pernahkah kamu ingin menjadi oksigen itu supaya bisa, minimal, menyentuh ujung hidungku? Kamu menginginkan lidahku, kamu juga mau tengkuk dan pipiku. Aku tahu yang terakhir ini. Tapi, masihkah?

Barangkali aku sedang sumuk masa-masa ini. Lupa menengok ke atas, memandang langit, tidak menyediakan diri melihat hal-hal dari sudut pandang yang lebih luas, termasuk tentangmu. Barangkali, benar katamu, aku tidak pernah tertusuk duri, aku hanya memetik mawar dan dengan sengaja membiarkan durinya melukaiku. “Kamu terobsesi dengan kesedihan,” katamu. Ya, mungkin saja, itu artinya hari ini aku terobsesi denganmu. Agar sebuah obsesi terwujud sempurna, subjeknya harus dingin dan tidak tersentuh. Persis dirimu.

Delapan belas bulan kamu tidak pernah sekali pun menyentuh jemariku yang tidak lihai melakukan apa pun kecuali memencet tuts-tuts keyboard laptop ini dan tidak menghasilkan apa pun. Kamu mengecupku tanpa pernah menyentuh bibirku. Itu manis, memang — dalam puisi. Selebihnya, kamu tetap tidak tahu tebal dan kering teksturya. Kamu bilang aku cantik meski tanpa bedak (lagi-lagi seperti lagu cinta itu), tapi tidak inginkah kamu ke sini dan menyentuh kasar pipiku yang sesungguhnya?

Jika jarak adalah sebuah balon, sudah ku-dor ia sehingga tidak ada lagi yang menggembung. Pertanyaannya, siapa di antara kita yang pernah berupaya? Kemajuan terakhir yang paling membekas adalah akhirnya kamu bisa melafazkan nama lengkapku. Sekali sebut. Kukira kamu memang lebih menyukai penantian ketimbang terwujudnya penantian itu. Kukira kamu tidak pernah bersusah payah. Kamu hanya selalu memintaku untuk tidak menyerah.

Apa yang sebenarnya telah kita bangun sejauh ini? Sebuah jembatan atau gapura, semata-mata untuk menghormati cinta kita berdua? Lambang hati merah marun hanya bekerja pada enam bulan pertama. Pablo Neruda dan Kahlil Gibran telah kedaluwarsa bunga-bunganya. Sekarang ini aku ragu dan bertanya, jangan-jangan kamu akan berakhir (dan memang menginginkan) jadi seorang Pak Tua Yang Membaca Kisah Cinta? Kisah cintamu sendiri. Menyedihkan.

Kamu nyaman dengan apa saja: keberadaan atau ketiadaan. Kamu menginginkanku sekaligus cukup dengan dirimu. Seandainya aku memilih berhenti mengarungi biru badai Neptunus, kamu mungkin dengan mudah merestui itu dan melanjutkan sisa harimu, menempuh badaimu sendiri. Kamu tetap duduk, merokok, dan hahahihi sambil terombang-ambing. Pura-pura atau tidak, kamu selalu mampu merelakan kepergian.

Jadi, katakan, mengapa kita harus melanjutkan ini?

Bekasi, 7 Mei 2022. 21:44

Pulang, macet. Bertengkar dengan batu.

--

--

Aya Canina

buku: Ia Meminjam Wajah Puisi (Basabasi, 2020). instagram: @ayacanina.