Mohon Maaf, Lahir Batin!

Aya Canina
2 min readJun 25, 2024
Photo by Umar ben on Unsplash

Alana, semenjak aku hampir tidak pernah lagi menyebutmu, aku lupa aku punya kata-kata. Tapi kata-kata lebih sering terbang sebagai ababil ketimbang nuri sehingga aku lebih sering kena batunya daripada mendengar nyanyiannya. Aku bahkan tidak punya kandang. Bukankah semua peliharaan butuh kandang supaya tidak bebas berkeliaran? Yang paling penting kandang bisa menunjukkan kepemilikan. Yang paling penting lagi, sebenarnya, Alana, aku tahu aku yang dikandangi oleh kata-kata.

Seperti paragraf pertama draft tulisan ini. Diketik dalam waktu lima menit, dipikirkan hampir sepanjang hari, diabaikan hingga tiga bulan. Dan selama itu aku terus memoles kuku, memberinya warna, dan kebingungan. Pertanyaan-pertanyaan 5W1H muncul sebagai kritik diri dalam bentuknya yang paling buruk. Apa tujuan hidupku? Siapakah yang kubawa dalam diriku saat ini? Mengapa aku dibuat takjub dan takut dalam waktu hampir bersamaan? Di mana sebaiknya kuletakkan keyakinanku?Bagaimana paragraf ini sebaiknya kuakhiri?

Pertanyaan-pertanyaan itu berkembang biak dengan cara paling menakutkan. Menggerogoti pikiran dan jam tidur. Tidur pukul sembilan atau sebelas sama saja jika sebelumnya menabung kecemasan bahkan setelah melakukan hal-hal baik. Tapi seperti yang dikatakan banyak orang, hal-hal baik belum tentu berarti hal-hal benar. Dalam banyak kebutuhan hidup, hal-hal benar biasanya lebih didahulukan keberadaannya.

H min 46 pernikahanku. Draf ini telah jadi debu mungkin setahun lamanya. Bangsat, cepat sekali waktu berlalu, tapi kecemasan yang jadi pasien psikologku masih berputar di sekeliling tubuhku. Seperti anak kucing yang ditinggal mati induknya, minta nyusu dan memaksa ngisap sari-sari nutrisiku.

Roti panggang Warkop Harapan Jaya. 1570 kalori. Hiburan pagi yang kekurangan vitamin D. Nanti siang pergi gym yang isinya 10 menit treadmill, 45 menit weight-lifting (dikurangi 15 menit istirahat, ngaca, scrolling), 10 menit lagi cycling. Insyaallah, kalau gak mager. Kalau gak overthinking. Kalau gak mikir orang-orang akan memperhatikan jerawat di pipi kananku.

Alternatif dari semua itu adalah menyelesaikan tulisan ini. Setelah itu mendaftar furnitur dan barang elektronik yang ingin dibeli di Jakarta Fair (uangnya mana?). Rumah KPR, ketentuan renovasi developer, pelunasan vendor anu, cuaca panas akhir-akhir ini. Menunggu menunggu menunggu. Menunggu usia 29 habis seperti orang kaya dan orang miskin menyaksikan matahari tenggelam (aku orang miskin, kecemasanku orang kaya).

Apa ini hidup yang kuinginkan? Tapi, bagaimana hidup yang tidak kuinginkan? Aku tidak ingin bernapas seperti cara napas orang-orang yang tidak meyakini keberadaan Tuhan tapi tidak bisa membuktikan bahwa Tuhan tidak ada

Lebih baik bernapas selayaknya penyintas dan mulai membaca novela J.D Salinger.

Selamat tinggal, putus asa.

--

--

Aya Canina

buku: Ia Meminjam Wajah Puisi (Basabasi, 2020). instagram: @ayacanina.